Menyoal kitab suci, banyak sekali
kodifikasi didalamnya. Kodifikasi yang dimaksudkan untuk pembenaran suatu dasar
hukum yang berkembang disemua pihak, namun bagaimana bila naskah yang terstruktur
secara kritis transformatif tersebut sudah mengajarkan kita, bukan mengajarkan,
maaf lebih tepatnya hanya memberi tahu kita dan mengajak berfikir tentang
idealismenya terhadap pandangan manusia yang berbeda pandangan.
Sama halnya dengan kitab suci umat islam
atau yang kita tekuni selama ini, kita kaji setiap hari, kita ulang dalam
membaca bahkan ada yang sampai paham serta mengetahui maksud didalamnya. Namun
mereka yang paham kadang juga menyalah gunakan, sampai pada akhirnya kita
sebagai makhluk yang belum tentu tahu dan paham maksud dari Al-qur’an tersebut
mulai mengira dan berandai-andai dengan pertanyaan nalar yang wajar dengan
kemampuan berfikir manusia secara umum.
Misal, dulu dikatakan bahwa kitab suci
yang sampai akhir hayat adalah Al-qur’an, kitab suci yang menjadi dasar hukum
umat hidup didunia dan selamat didunia sampai akhirat. Namun adakah kemungkinan
seumpama Al-qur’an itu kemudian ada pembaruan ketika semua penghafal Al-qur’an
(read:tahfidz) sudah meninggal? Apakah tidak ada kemungkinan akan ada keyakinan
baru jika keadaannya sudah seperti itu? Pertanyaan seperti ini memang akan bisa
dilawan didalam Al-qur’an, namun coba kita pikir secara logika, bagaimana
penyadaran umat jika ada yang berfikir sedemikian?
Kemudian contoh yang lain, Al-qur’an
memberikan keterangan tentang hal sabar yang terdapat di surat Az-zumar,
Al-baqoroh, Ali Imron, Asy-syuara’, dan surat Muhammad, kita kaji QS. Az-zumar
ayat 10 yang berbunyi :
@è% ÏŠ$t7Ïè»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# öNä3/u‘ 4 tûïÏ%©#Ï9 (#qãZ|¡ômr& ’Îû ÍnÉ‹»yd $u‹÷R‘‰9$# ×puZ|¡ym 3 ÞÚö‘r&ur «!$# îpyèÅ™ºur 3 $yJ¯RÎ) ’®ûuqムtbrçŽÉ9»¢Á9$# Nèdtô_r& ÎŽötóÎ/ 5>$|¡Ïm ÇÊÉÈ
10. Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu".
orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah
itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Disini sudah jelas digambarkan bahwa
siapapun yang sabar maka akan didekatkan dengan keberuntungan kepada Allah,
barang siapa yang bersabar akan selalu bersama syafaat Allah. Namun didalam hal
lain, disurat-surat Al-qur’an yang lain juga dijelaskan pengertian bahwa tidak
ada yang bisa merubah seorang kaum apabila tidak merubahnya sendiri.
Ayat
ini dijelaskan didalam QS Al-anfal ayat 53 yang berbunyi :
y7Ï9ºsŒ cr'Î/ ©!$# öNs9 à7tƒ #ZŽÉitóãB ºpyJ÷èÏoR $ygyJyè÷Rr& 4’n?tã BQöqs% 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ žcr&ur ©!$# ìì‹ÏJy™ ÒOŠÎ=tæ ÇÎÌÈ
53. (siksaan) yang
demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah
sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu
merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621] [1],
dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Sekarang mari kita pikir logika, itu cuma
satu ayat atau satu redaksi yang terdapat dalam kitab suci Al-qur’an. Bagaimana
jika kita analogikan dengan keadaan yang lain. Semisal, tentang sebuah usaha
yang katanya tuhan tidak akan menguji hambanya dengan cobaan yang melebihi
batas kemampuannya. Namun sisi lain dijelskan dalam realita bahwa banyak sekali
fenomena yang sedang terjadi dinegara bagian muslim yang hanya bersabar dalam
cobaan dan teror, dengan landasan bahwa akan ada pertolongan tuhan dalam bentuk
lain, namun pada akhirnya mereka tetap saja kesusahan sampai detik ini. Ini
sudah sedikit membuktikan bahwa manusia yang diuji memnag tidak kuat.
Kita ambil kasus lain, Tuhan menyuruh
hambanya untuk berdiam diri saja dan berdzikir kepada tuhanNya, namun sisi lain
menjelaskan juga bahwa, jangan kamu diam saja, kamu berhak melawan jika ada
yang tidak sopan kepadamu, atau lain sebagainya.
Pada akhirnya, kajian ini hanya bersifat logika yang
bisa kita nalar bersama untuk mengetahui isi Al-qur’an secara gamblang,
mengajak kita membuka kita untuk belajar membaca Al-qur’an sampai pada asbabul
wurudnya dturunkan ayat tersebut. Begitu indah bukan muslim dan agama islam
yang sudah digariskan oleh Tuhan semesta alam Allah SWT. (islam berbagi)
[1] [621] Allah
tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama
kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar