Tentang kualitas, Jangan Bersejak !!

Sudah dua purnama telewat, aku masih kalut dengan coretan pena dikertas kuning, dihempas sepertiga malam yang tidak pernah larut. Masih menyoal kesetiaan, ya betul, kami masih berharap kepada sang maha harap untuk tidak melunturkan semangat kami secuilpun.
48 jam kemarin masih dengan semangat yang sama. Satu persatu mereka datang dengan cerita uniknya masing-masing. Ada yang membahas rindu, ada yang menyoal tentang pribadi mandiri, sampai lampu mati membawa kita pada sinarnya gerhana. Dan, aku hampir tersadar ternyata tidak harus gemerlap lampu, namun hanya dengan sepercik cahaya lilin kita bisa bersama nan harmoni. Tidak pernah menafikan perihal hari kemarin. Aku hanya bertengger membahas kebangsaan bersama rekan sejawat dan kesimpulan pembahasan kami Cuma satu yakni kualitas.
Dia (kualitas) yang harusnya bertahan disela-sela orang yang sudah ditunjuk tuhan, namun kadang hilang hanya perkara nestapa yang setiap hari mengejar sampai dilupakan tentang adzan yang berkumandang dan harusnya sudah mendekat dengan sang maha segalanya. Maaf, sepertinya itu bukan kesalahan namun naluri yang sengaja bingung dan butuh pencerahan.
Lagi, hari masih menyoal kenangan. Sepekan lalu barusaja bertemu dengan manusia cantik ciptaan tuhan yang jumlahnya juga tidak banyak. Anggunnya, pintarnya, eloknya, gigihnya, uletnya, dan sampai setianya. Aku malu melihat hal itu, segelintir orang yang dikemudian hari naskahnya disahkan tuhan sebagai makhluk yang sukses hidup dan akhiratnya. Hanya segelintir, mereka yang tidak pernah bersejak untuk membuat orang-orang disekitarnya lebih baik.
Tetap dengan gaya feminimnya, mereka bisa mengatrol semua paradigma buta yang mengelabuhi orang baru disamping kanan kirinya. Terkadang sampai terbesit direlung hati paling dalam, mengapa mereka yang hanya sedikit bahkan tidak dekat dengan kata lebih dari, itu bisa merangkul kaum disekitarnya, sebenarnya apa daya tarik mereka?
Sampai diseteguk terakhir kopi pagiku, aku berjalan ke rumah tuhan untuk menjalankan fardhu jumat yang harus kulakukan, aku berfikir, barangkali mereka tidak pernah berandai dan bersejak, apa mereka realistis? Atau hanya menjalankan amanah saja? Tidak habis fikir sampai waktu mengulur kami menuju ketempat bermain.
Dulu, sangat dulu sekali. Seringkali orang-orang menyalahkan hanya karena ada pertanyaan perihal sejak. Ini juga yang membawaku kedalam atmosfer untuk lebih memahami mereka. Untuk kali ini pemahamanku tentang wanita dan karya indahnya tidak berbelit. Sampai aku sadar yang mereka lakukan tulus dan bahkan tanpa merencanakan pengandaian. Yang mereka lakukan semata-mata untuk membahagiakan yang ada dan yang didepan mata. Walaupun kadang, diantara mereka ada yang terasingkan sejujurnya.
Namun, hanya karena mereka tidak pernah berkata “sejak ada kami semua jadi lebih baik, sejak ada kami banyak yang dianggap salah, atau bahkan sejak ada kalian semuanya menjadi tidak berbudaya”. Mungkin itu yang membuat mereka selalu juara perihal indah dan setia, ah dasar bodoh. Ternyata aku alpha di pelajaran ini.
Sampai pada akhirnya semua manusia berkesimpulan. Ribuan pasukan pintar dibawah satu komando bodoh mungkin hanya terlihat menakutkan tapi puluhan pasukan bodoh dibawah satu komando pintar tidak hanya terlihat namun sudah pasti sangat menakutkan dan bisa jadi berbahaya. Oleh sebab itu, jangan pernah bersejak perihal kualitas. Sebab apa yang dilihat orang banyak belum tentu sah dilihat tuhan yang hanya maha satu. Dan tuhan tidak pernah mendahulukan kuantitasnya.
Salam santri nusantara

Jombang, 07 Agustus 2017