Entah, harus seperti apa lagi aku bisa menjauh darimu,
kurasa itu hal yang mustahil. Sebab, tidak ada insan yang melalui banyak cerita
disetiap langkah seperti kita. Mulai dari baku hantam, saling rindu, diskusi
rasa sampai menuai air mata bahagia disetiap perjumpaan. Dan banyak hal lain
juga yang membawa kita tetap bisa seperti ini. Ya, paling tidak aku dan kamu
masih sanggup untuk bertemu tanpa sekat dan menjalin komunikasi tanpa ada kata
benci sedikitpun.
Terima kasih untuk kebahagiaan di 24 bulan yang lalu, terima
kasih canda tawamu puluhan ribu detik dikehidupanku dua tahun yang lalu. Aku
masih ingat sewaktu kita bersama menyoal semua cita dan cinta didalam atap
gubug barokah yang kita tempati. Membahas perihal kitab apa yang akan dikaji
dibulan ramadhan, menyoal apa yang akan kita lakukan setelah buka puasa, dan
bahkan sahur jam berapa kita nanti? Karena kurasa tidak pernah terlelap kita
menjaga orang-orang yang menyayangi bahkan membenci kita sekalipun.
Kau masih ingat kan? saat aku membuatkanmu kopi untuk
menemani malam yang suntuk waktu itu, saat semua anak didikmu sudah mulai berkemas
untuk mencium rindu dengan hasrat penuh kepada orang tuanya dirumah? Kita yang
mengantarkan mereka bukan untuk bersalaman kepada kyai? Kita juga kan yang
sudah bersiap sedari fajar menyapa kita dihari itu, Sedari mentari tersenyum
hangat bertemu kita? Aku rasa tidak ada yang perlu ditakutkan lagi perihal kita
yang sedalam ini memahami rasa. Sepertinya memang biasa dan dianggap lumrah.
Tapi orang-orang yang membenci kita tidak pernah paham bagaimana harmoni
kehidupan kita waktu itu.
Orang-orang bahkan tidak tahu bagaimana kita tetap
menghargainya walau kita sudah dihujat sedemikan rupa. Ah, kurasa aku tidak mau
membawa kebencian dihadapan pelukan rasa yang kita jalani sekarang. Sampai aku
mengingat betul kita yang siap untuk menemani mereka tanpa tidur di dua hari
terakhir ramadhan waktu itu. Kita yang membantu mereka mengemas barang-barang,
kita yang membuka pintu rindu mereka kepada orang tua mereka terbuka lebar,
kita yang memberi jalan. Kau jelas masih ingat, saat tangan kita mencium sosok
bapak dan ayah kita, dua sosok yang bersedia mendoakan kita sejak sepertiga
malam, juga sosok yang rela terbangun lebih awal demi barokah mengalir kepada
kita. Kau masih ingat kan?
Terlalu naif jika aku harus membenci orang-orang yang
membenci kita, jika logikanya saja kita lebih bahagia? Apa ada hal tidak wajar
yang dialami orang lain seperti yang kita alami? Sepertinya tidak. Karena aku
yakin rasa yang sudah kita tanam tidak sekedar rasa perihal bertemu, bertegur
sapa dan meneguk kopi bersama, lebih dari itu kita mampu menciptakan sejarah
baru dikehidupan yang sudah sangat rusak ini bukan? Ah aku tidak bisa beranjak
seketika saat aku taraweh dimasjid yang berbeda sajadah denganmu, aku masih
merindumu disetiap benang yang tersentuh tanganku ketika sujud.
Aku masih tetap membayangkan, ada rindu terselip diantara
sujud taraweh kita, aku tidak berharap kamu merasakannya juga. sebab, kelak
dipenghujung malam entah sepuluh tahun yang akan datang kau akan merasakan hal
tulus yang tidak kau dapatkan dari seorang teman sepertiku, karena aku sudah menancapkan
dalam doaku untuk kerinduanku kepadamu agar kau selalu ingat bahwa ada hal yang
dulu pernah kita raih bersama selain membenci orang-orang yang membenci kita,
yakni kita sudah bertekad untuk membuat sejarah baru dan itu sudah terjadi.
Maka, tidak ada alasan kau untuk melupakanku disetiap sujud tarawehmu.
Terima kasih, mengajariku membenci seseorang melalui rindu,
telah mengajariku melawan seorang yang kita benci melalui tabiat yang baik dan
tidak grusah grusuh. Darimu aku belajar banyak perihal sebenci apapun kita
terhadap sesuatu, ada hal lain yang harus kau bahagiakan sebab mereka yang
tidak membencimu bahkan sudah membahagiakanmu tanpa harus kau suruh, lalu
apalagi yang kau persoalkan perihal benci yang menggebu-gebu, ikhlaskan. Suatu
saat kita akan bertemu dalam palung rindu dengan orang-orang yang membahagiakan
kita dalam kondisi bahagia. Amiin.
Salam santri nusantara
Kediri, 5 juni 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar